welcom


selamat datang di blog frendi nata satya


Senin, 27 September 2010

CERPEN : Misteri Rumah Tua

posting cerpen by: winaniswah

Saat melewati rumah tua itu perasaan Tini selalu berdebar-debar. Kata orang-orang rumah itu berhantu. Tini melirik bangunan rumah tua itu sambil mempercepat langkahnya. Dinding dan kayu-kayu penyangga banyak yang keropos, dan pekarangan rumah terkesan kotor dan tak terurus. Banyak orang yang mengatakan kalau mereka sering melihat sesosok bayangan dari dalam rumah itu. Ada yang mengatakan, penghuni rumah ini adalah monster yang menakutkan. Ada pula yang bercerita padanya, bahwa rumah itu dihuni oleh seorang kakek tua pertapa, dengan kumis tebal dan jenggot putih yang panjang. Namun, sejauh ini Tini belum pernah melihat satu pun penampakan dari rumah itu. Sore itu, Tini baru saja pulang dari warung Bu Cokro Yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah angker itu. Ia baru membeli satu kilo telur ayam, dan juga satu botol kecap. Berjarak satu meter dari rumah itu, Tini mencium aroma masakan dari arah belakang rumah itu. Seketika, bulu kuduknya pun meremang. “Duh.. Kok serem gini sih?” Keluhnya. Kresrek..Kreserrkk.. Bunyi derap kaki Tini yang menginjak tumpukan daun kering di sepanjang jalan, terdengar cukup berisik. Terbukti dari suasana sunyi kebun jati di sampingnya. Biasanya, hutan kecil itu tak pernah sepi karena kicauan burung-burung kecil terus bersahutan. Juga embikan kambing liar, atau lenguhan sapi yang di ternak oleh sang gembala di balik pohon-pohon jati. Ketakutan Tini semakin menjadi-jadi saat ia melihat sekelebat bayangan hitam dari arah rumah tua. Ia merasa seakan ada seseorang yang sejenak mengamatinya dari dalam sana. “Mending, aku cepet-cepet pergi dari sini deh” ucapnya nyaris berbisik. Ia pun memutuskan untuk berlari dan menjauh dari bangunan yang menyeramkan itu. Esok harinya, Tini kembali melewati rumah tua itu saat perjalanan pulang dari sekolahnya. Tanpa sengaja, Ia mendengar samar-samar beberapa orang sedang bercakap-cakap. Sesekali ia mendengar ucapan-ucapan kasar dari seseorang yang entah dimana. “Mungkin dari belakang rumah” Pikir Tini. Karena penasaran, dengan berjingkat ia berniat menguping pembicaraan orang tersebut. “Heh, gila lo! Gimana kalau ketahuan?” Terdengar ucapan dari salah seorang. Tini pun terus berdiri di depan pintu samping rumah, sambil menempelkan daun telinganya kepermukaan pintu. Tiba-tiba.. suara langkah kaki seseorang terdengar semakin dekat. Sebelum Tini sadar dan pergi, gagang pintu itu telah berputar dengan cepat. Pintupun terbuka dengan keras dan membentur sisi pohon yang ada tepat di depan pintu itu. Tini begitu terkejut dan merasa degup jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. “Siapa itu?” Teriak seseorang dengan berang. Rupanya Tini selamat dari orang tak di kenal tadi. Ia nyaris tertangkap, jika seandainya ia tidak lekas mengambil langkah seribu dan bersembunyi di balik salah satu pohon jati di seberang rumah itu. Namun, orang itu tidak terlambat untuk melihat sosok Tini dari belakang. “Gadis kecil berseragam sekolah SD. Mungkin ia kelas 4 atau 5”. Lapor sang pengejar Tini kepada seseorang yang lain. Mungkin itu adalah atasannya. “Sepertinya tidak masalah!” Sahut sang bos, acuh tak acuh. Tidak seperti perkiraan mereka. Tini adalah gadis yang tergolong mungil untuk anak seumurannya. Ini menyebabkan para sosok mencurigakan menghilangkan kecurigaannya pada Tini. Karena sebenarnya, Tini berumur 12 tahun atau kelas 6 tepatnya. Di rumah teman Tini… “Eh Ra, kamu tau rumah kosong yang di depan hutan jati di sana?” Tunjuk Tini ke arah Barat Daya. “Emang kenapa?” Rara balas bertanya. “Yang angker itu kan?” lanjutnya lagi. “Aku curiga deh!” “Sama siapa?” Rara menautkan alisnya karena penasaran. “Gini ra..” Tini pun menceritakan semua yang di dengarnya pada Rara, teman baiknya. “Hah? Yang bener?” Rara memekik, tidak percaya. “Ini harus di laporin ke kades nih Tin”. Tini langsung membulatkan mata dan memelototkannya ke arah Rara. “eeh.. ya jangan thoh. Ntar, kalau informasinya salah gimana?” Ucapnya dengan logat medok anak jawa. “Ya udah deh, gimana kalau besok kita kesana lagi.” Usul Rara. “Sekalian, mungkin kita bisa melacak dan membongkar kedok mereka!”. Mulailah si Rara beraksi dengan gaya sok detektifnya. Ia memang pernah mencita-citakannya. “Oke.” Kruk..kruuk..krukk.. Suara jangkrik dan keheningan malam menyelimuti Rara dan Tini di hutan jati. Mereka sengaja janjian dan keluar rumah tanpa sepengetahuan orang rumah. “Bos, Pulang dulu ya!” Terdengar satu suara.. dua.. tiga.. eh-empat. Aduh, entahlah ada berapa orang yang tiba-tiba keluar dari pintu samping rumah tua. Sekejap saja, suara mereka hilang.. lenyap di telan malam. Tini melihat ke arah langit. Tidak ada bintang malam ini. Karena langit mendung dan menutup seluruh bintang. Dan suasana ini sangat mendukung bagi Tini dan Rara. Mereka sama sekali tak terlihat mencurigakan karena tertutup bayangan awan hitam. Hanya saja, ia jadi tidak bisa memperkirakan pukul berapa sekarang. “Eh Tin, kita sembunyi di sisi sebelah situ yuk.” Ajak Rara seraya menunjuk sisi lain dari rumah itu. Mereka tidak sadar apa yang ada di belakang mereka. Sebuah sungai yang cukup deras aliran airnya. “Aaah..Tolong aku Tin” Terdengar pekik tertahan dari samping Tini. Tini pun dengan cepat memutar arah pandangnya, dan ia melihat Rara terpeleset nyaris terbawa arus sungai. Dengan sigap, Tini menangkap tangan Rara dan ia pun berpegangan pada sebuah batu yang agak menonjol panjang ke atas. “Greekk..” Riri dan Tini segera menjauh dari sungai. Dan kini mereka mendapati sebuah lorong yang agak kecil mengarah landai, miring ke bawah tanah. “Pasti yang kamu jadikan pegangan tadi itu, kunci jalan rahasia”. “Mungkin” Jawab Tini sedikit ragu. Begitu mereka sampai di dasar lorong, mereka melihat hal-hal yang yang bersinar terang. Mereka belum yakin benda apa itu. “Oh my god!” Tini menahan keterkejutannya. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan agar tidak berteriak. Rara pun melakukan respon yang nyaris sama. Semua benda berkilauan itu adalah emas dan perhiasan-perhiasan dalam peti. Ada juga berlian dan permata yang ukurannya cukup besar. Dan semua harta karun lainnya. Apa yang mereka lihat? “Tini, ini adalah jawaban dari kecurigaanmu kemarin!” Kemarin, Tini bercerita bahwa ia mendengar sekumpulan orang yang berdebat di balik pintu samping tempat Tini mencuri dengar kemarin, membicarakan soal jadwal penjagaan. Bahkan sesekali orang-orang itu menyebut-nyebut kata ‘rahasia besar kita’. Juga rencana pengangkutan ke daerah… entah apa namanya. Setelah mereka merasa berhasil, mereka segera keluar, dan akan melaporkan kejadian itu esoknya pada pak kades. Karena atas apa yang di dengar Tini, mereka akan mengangkut semua harta karun itu esok lusa. Tepat di ujung terowongan, Rara di kejutkan olehh tiga orang berbadan tegap yang menghadang. “Ayo ra, kenapa berhenti? Di sini panas nih. Pengen cepet keluar” Desak Tini dari belakang Rara. Namun Rara tetap bergeming dan tak mengucap sepatah katapun. “Ayo keluar!” Dengan kasar, orang-orang itu menarik Rara keluar, dan segera mencengkran tangan Tini dengan kuat. Tini, yang tak mengerti sebelumnya, sempat terkejut dan meronta. Sekarang, mereka menjadi tahanan para gengster itu. Matahari telah menunjukkan senyumnya dengan malu-malu. Riri dan Tini pun masih tetap terkurung di salah satu kamar dengan tangan terikat kebelakang. Mereka sangat kebingungan. Tini sempat menangis menyebut-nyebut nama mak dan bapaknya di rumah. Rara juga sesekali menggerutu tak jelas atau kadang menangis tertahan. Waktu telah berlalu beberapa jam. Kini, jam dinding rumah Tini telah menunjukkan pukul sepuluh siang. Bapaknya mondar-mandir kebingungan karena tidak melihat Tini sedari pagi dan hingga kini belum juga terlihat batang hidungnya. Dog..Dog..dogg!!! Suara pintu dengan di gedor dengan keras. Bapak dan mak Tini segera berlari keluar denggan cemas. “Nak Bayu? Ada apa?” Tanya mak Tini kebingungan. “I..i-tu.. bu. Mbak Ti-ni sa..ma mbak Rara dalam bahaya” Ucap bayu, adik Rara terbata-bata.“Ayo, ucapkan yang jelas. Ada apa? Jangan membuat ibu panik seperti ini!” “Lebih baik, ibu dan bapak ikut dengan saya” Mereka pun lari ke arah rumah tua yang terpercaya angker. Ternyata,di sana telah ada pak Kades dan orang tua Rara. Juga para penduduk desa. Dan dari dalam rumah, polisi-polisi keluar sambil menggiring orang-orang yang di anggap asing penduduk sini. Tangan mereka telah di borgol. Tiba-tiba.. “Emaakk..” Tangis Tini pun pecah lagi. Ia segera berlari memeluk mak dan bapaknya. Pak Kades mengambil alih perhatian. "Tenang semuanya.. Penjahat-penjahat itu sudah tertangkap. Ternyata, selama ini rumah ini telah di huni para gangster, yang sebelumnya telah mengetahui keberadaan harta karun terpendam di rumah ini. Mungkin itu merupakan harta milik salah satu penduduk sini yang menghuni rumah itu.” Terang Pak Kades panjang lebar sambil sesekali menunjuk rumah itu. Esoknya.. “Bayu, bagaimana kau tahu kami ada di dalam sana?” Tanya Tini saat ia bermain ke rumah Rara. “Maaf Tin, sebelumnya aku sudah membocorkan hal ini ke adikku. Maaf ya!” Ucap Rara dengan perasaan bersalah “Nggak papa kok. Karena pada akhirnya.. itu menjadi bermanfaat. Memang ada baiknya memberi tahu seseorang untuk mengawasi, siapa tahu kita dalam bahaya.Bayu pun akhirnya menceritakan semuanya. Dan Sekarang.. Desa tempat Rara dan Tini tinggal menjadi aman, tentram, dan damai kembali. Anak-anak juga sudah tak ada yang takut dengan rumah itu.

Kamis, 23 September 2010

Cerpen Guruku yang Unik

RAMBO

Masa-masa sekolah adalah masa-masa yang paling indah dalam perjalanan hidup semua orang, khususnya saat SMP ( bukan sudah makan pingsan, tapi Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas, bukan sudah minum aki), hampir semua orang mengiyakan hal tersebut, baik kisah pertemanan, percintaan,dan soal keunikan guru mereka. Yang saya akan ceritakan kali ini bukan tentang pertemanan dan percintaan, melainkan tentang betapa uniknya guru-guruku semenjak aku SMP maupun SMA. Keunikan itu bukan hanya saat mengajar didalam kelas tapi perilaku diluar kelasnya. Dan tidak semua guru yang menurutku berperilaku aneh dan unik ini. Kamu juga tahu kan tidak semua manusia diciptakan secara waras, ada aja yang gila!.hehe.
Guru yang pertama aku ceritakan ini adalah…..coba tebak siapa? Mungkin kalian yang baca ada yang tahu?hehe canda deng. Guru yang pertama aku ceritakan adalah Pa Maman atau Mr Maman, guru Geografi ku saat duduk di kelas tiga SMP, beliau ini adalah salah satu guru favoritku. Mr Maman mempunyai Julukan RAMBO, bukan karna wajah atau tubuhnya mirip Rambo, tapi karna seluruh rambutnya dipenuhi oleh uban , jadi Rambo itu kepanjangan dari RAmbut BOdas (rambut putih).
Perangainya amat keras dan tegas di kelas ( sebenarnya wataknya baik). Salah satu tindakan menunjukan dia keras, bisa teruji apabila saat dia akan memulai kegiatan belajar mengajar. Pa Maman ini tidak langsung memulai pengajaran tapi beliau pertama tama akan mengintogerasi semua muridnya, beliau akan bertanya kepada satu persatu muridnya, yang ia tanyakan seputar pelajaran yang sudah ia terangkan minggu kemarin. Dan kebetulan pada saat itu dia bertanya tentang ibukota Negara-negara di asia, kalau bila ada yang salah menjawab maka siap siap dia harus menerima hukuman dari sang RAMBO, dan hukuman pada hari itu adalah,
Pa Maman berdiri lalu berjalan kearah Bor, lalu mengambil kapur(pada saat saya SMP belum ada bor putih yang memakai spidol, entah sekarang) lalu kapur itu diacungkan kepada kami “hey anak-anak sekarang bapak akan menanyai kalian tentang ibu kota Negara Asia yang minggu kemarin kalian pelajari”, “dan seperti biasa apabila kalian ada yang tidak bisa menjawabnya akan ada hukumannya”, “dan sekarang hukumannya adalah…..enk…ink…enk” sambil kembali mengacungkan kapur. “ini dia hukumannya”, semua murid melongo seperti dijidatnya ada gambar tanda Tanya. Kemudian Pa Maman meneruskan pembicaraannya, “bila kalian ada yang salah kalian akan kena ini” lalu pa maman mencurat-coret bor dengan kapur, sehingga di salah satu bagiannya menjadi putihh. “kepala kalian akan bapak pegang dan bapak gesek-gesekan jidat kalian ke bor” “maka jidat kalian akan putih, dan kalian para wanita tak perlu memakai bedak lagi” “dan kalian dilarang menghapusnya sebelum adzan dzuhur berkumandang okeh!” pada saat itu pak maman mengajar pada jam kedua sekitar jam 08.30 dan kebetulan kita pulang pukul 13.20.
“ockeh pak” semua murid menjawab dengan ketakutan, degdegan, ada yang grogi,lemas, dan ada juga yang biasa-biasa, kalau untuk yang biasa-biasa mungkin dirinya adalah orang-orang yang pintar, tapi gak tahulah. Kalau aku sendiri ya biasa-biasa, jadi menurutmu aku ini…ya.. pintar, hehehe.
Acara pun dimulai “yang pertama maju yang baris pertama, dan dari depan dulu” akhirnya teman pria ku yang malang itu pun kedepan.
“coba sebutkan ibukota india?” dengan tegas Pak Maman bertanya kepada temanku yang malang.
“anu pak..anu….” dia kelihatan takut dan ragu-ragu
“ANU APA” Mr RAMBO memotiong dengan tegas, hatikupun berbicara “ni anak bego amat gak tau pertanyaan yang gampang” aku berbicara dalam hati sambil tertawa pula dalam hati.
“oh iya pak! kaya merek sandal, new..newdelhi pak” temanku ketawa kegirangan.
“bagus…bagus” kulihat Pa Maman tersenyum. Hatiku kembali bicara “sialan ni anak bisa jawab juga” dan aku pun kesal dalam hati.
Satu-persatu temanku sudah banyak yang maju kedepan, banyak yang selamat, dan lebih bayak lagi yang menjadi korban kapur. Selanjutnya tibalah giliran teman sebangkuku.
“semoga tuhan memberkatimu, sob’!”aku berpesan padanya
“terima kasih perhatianmu tonk” dia membalas perhatianku, temanku yang kedepan ini namanya Sobirin’. Otaknya sedang sedang saja dibanding aku, hehehe.
“selanjutnya kamu ,sobirin?” sibapak bertanya yang gak penting. Sobirin pun mengangguk pelan.
“coba kamu sebutkan Ibukota Israel?” Pak Maman masih bertanya dengan tegas kepada sobirin. Dalam hati aku kembali bicara “menurutku Pak Maman ini hebat euy, dia sosok yang tidak pernah capek dalam memenuhi tugasnya”
Tak disangka Sobirin menjawab dengan tegas pula “tel Aviv, pak”
“hebat kamu, sob’ tak sia-sia jadi murid bapak”Pak Maman pun memuji si Sobirin.
Lagi lagi dalam hati aku berbicara “waduh si Sobirin bisa menjawab, hebat begete!”
Dan tibalah saat –saat menegangkan menghampiri padaku, deg-deg deg-deg deg-deg suara hatiku berbicara, dug-dug dug-dug dug-dug jantungku pun ikut berbicara, preeeet brek breeeek pantat dan perutku berbicara pula.
“ayo Fahmi kamu kedepan, sekarang ggiliranmu dodol” “malah bengong” Pa Maman menambah bebanku dengan menyebut dodol
Aku pun kedepan. “ Fahmi coba kamu sebutkan ibukota Pakistan?” masih dengan tegas Pa RAMBO mamberikan pertanyaan padaku.
“Istambul, pak” dengan tegas, Pede, dan sombong aku menjawab.
Pa Maman pun tersenyum, “Fahmi….fahmi..”
Aku pun ikut tersenyum dengan bangga.
Lalu akupun dikejutkan dengan tangan Pa Maman yang kemudian mengejutkanku dan di gesek-gesek lah jidatku pada bor. Dalam hati sedalam-dalamnya hati aku berbicara lagi dengan syahdu. “waduh sial begete nasib ku sekarang” “tapi perasaan bener deh jawabannya”
Setelah aku selesai di gesek-gesek akupun melakukan protes keras, seperti protes pemain PERSIB saat di kartu kuning. “Pak perasaan aku mejnjawab dengan benar”
Karna aku memprotes akhirnya aku kena kartu kuning lagi “ ini anak malah memprotes”
Lalu dia menggerakan tangannya menuju kepalaku lagi, tapi sekarang aku berkelit. “iya pak, aku yang salah mendingan aku saja sendiri yang gesek-gesek kepalaku ini” lalu akupun menggesek-gesakan jidat ini sendiri, dan semua teman sekelas pun riuh bertepuk tangan dan menertawakan diriku.
Akhirnya aku duduk setelah menjalani shock terapy dan aku lihat ada tujuh temanku lagi yang belum di interogasi, mereka akhirnya satu persatu maju kedepan sampai tak tersisa. Dan yang paling mengejutkan ketujuh temanku itu di tanyai tentang negara yang sama yaitu Pakistan, dan yang paling mengejutkan lagi tak satupun dari ketujuh temanku itu yang bisa menjawabnya, dan tentunya mereka juga jadi korban Mr RAMBO, hatikupun bersuara lagi “hahahaha rasain luh, pada salah semua, jadi diriku tidak terlalu malu, hahaha!”
Setalah teman-teman ku habis ditanyai pak maman pun memberikan jawaban dari pertanyaan terakhirnya yang tidak bisa dijawab oleh delapan muridnya, tentu saja dengan cara memberikan kesempatan kepada temanku yang lainnya. “hey anak-anak siapa diantara kalian yang mengetahui jawaban dari ibukota Negara Pakistan?” kelas pun hening sejenak, tak ada yang mengacung dan tak ada yang menjawab, hatikupun akhirnya senang karna ternyata semua temanku tidak tahu Ibukota Pakistan, jadi aku benar benar tidak harus malu karna pertanyaan yang aku jawab tadi salah.
Pak Maman sendiri yang kemudian menjawab. “ waduh kalian ini pada gak tahu, makanya kalau bapak menerangkan itu didengar dan dimasukan ke otak, ibukota Pakistan tuh Islamabad!” “penduduk Pakistan itu kan mayoritas islam, jadi supaya gampang menghapalnya tinggal inget-inget agama kita yaitu Islam dan ditambahi abad, jadi Islamabad””kalian ini gimana seeh”
Semua murid dikelas menjawab dan mengangguk “OOOHHH”
Pak Maman kemudian membuka buku untuk membahas materi selanjutnya, tapi sebelum dia akan membahas dia tampak tersenyum dan linglung. “anak-anak maaf ya! Apa lagi sama si Fahmi dan Ketujuh orang yang terakhir bapak tanya””pertanyaan yang terakhir itu tentang ibukota Pakistan harusnya dibahas sekarang” “memang bapak udah ngebahasnya ya?”
Serentak semua murid menjawab kecuali aku, “belum Paaaaaaaaak”
“Kalau gitu maafin bapak ya? Maklum dah tua” semua teman mengangguk, kecuali aku yang heran dan kembali berbicara tentunya bukan kepada hati lagi tapi kepada ketujuh teman yang lainnya.”luh pada bego banget sih napa tadi gak bilang aja ke Pa Rambo kalo pertanyaanya tadi belum diterangin!”
Salah seorang teman menjawab pertanyaan ku. “berarti kamu sendiri bego donk! Butinya kamu juga tadi gak bilang bahwa pertanyaannya belum diterangin”
Aku mendadak bingung “kalo aku kan grogi”
Ketujuh teman ku membalas ucapanku “ kita juga sama dodol, grogi you Know”.
Kalian tahu bagaimana rasanya di gesek-gesek pada bor yang sudah dicoreti kapur. Tidak hanya putih jidat ini,tapi juga merah karna gesekan antara kulit dan papan bor. Apalagi aku yang dua kali digesek gesek tobat dah! Tapi asyik juga sih! Coba aja di rumah!. (hehehe)
Itulah salah satu cerita menarik dari guru geogrfi SmP ku Bapak Mr Maman RAMBO, dan masih banyak lagi cerita lucu Pak Rambo ini yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu. intinya Pa Maman ini orangnya memang tegas, suaranya menggelegar dan mukanya memang kaya pemeran antagonis dalam sinetron. Tapi sebenernya baik dan creative, buktinya dia creative karena dia selalu mengganti hukuman-hukuman kepada muridnya yang salah contohnya seperti tadi yaitu gesek-gesek jidat, dan masih banyak hukuman lagi yang ia berikan kepada sang korban yang tidak bisa menjawab pertanyaan, seperti menjewer rambut dekat telinga (godeg), menjitak pala, dan masih banyak lagi yang lainnya, dan setiap minggunya hukuman tersebut tidak lah sama terus berbeda (membuktikan bahwa dia creative )
Jangan salah Pa Maman ini tidak pernah berlebihan saat memberikan hukuman, sang korban tidak ada yang pernah sampai masuk rumah sakit atau gegar otak (hehehe canda deng). Pak maman kalau memberikan hukuman masih memakai perasaan, contohnya kalau hukumannya jitak kepala, ya memang dijitak kepalanya tapi gak keras keras amat kok Cuma kaya di pukul martil aja (hehe canda lagi), yang jelas Pak Rambo ini my Favorite Teacher karna dengan hukuman itu kami para muridnya jadi serius dalam belajar, dan pada saat ulangan nilai nya gede-gede (bukan karena nyontek, tapi karna memang paham) ini dia Pak Maman.. dan kalian tunggu cerita yang unik dari guruku yang lainnya.